Uritanet, Jakarta –
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Salam sejahtera untuk kita semua.
Bangsa kita tiba pada hari bersejarah nan monumental, kita memulai lembaran baru dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, hari pengambilan sumpah jabatan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka. Peristiwa tersebut bukan sekadar ritual konstitusional. Sumpah yang dilantunkan bukan semata merapal janji. Namun merefleksikan tekad di kedalaman nurani.
Sumpah Presiden adalah simbol komitmen moral abadi berbakti untuk negeri. Sumpah di bawah kitab suci, menandai babak baru perjalanan Indonesia lima tahun ke depan. Dengan kepemimpinan yang dinahkodai Presiden Prabowo Subianto, bangsa besar ini berlayar menuju cita-cita nasional.
Sebagai Pimpinan Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI), saya mengucapkan: Selamat dan Sukses atas Pelantikan Presiden dan Wakil Presiden Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka. Selamat mengemban mandat rakyat, melaksanakan amanat konstitusi untuk ibu pertiwi.
Kami mengapresiasi pidato perdana Presiden Prabowo yang berani memotret Indonesia hari ini secara utuh. Dalam kapasitas sebagai pemimpin republik, Presiden merefleksikan kesadaran Keindonesiaan yang berpijak pada realitas di tengah cita-cita, ambisi dan obsesi untuk mengangkat derajat bangsa besar ini. Dengan gamblang, Presiden Prabowo mengungkapkan tantangan besar bangsa dari dalam. Terutama menggarisbawahi masalah korupsi, kebocoran anggaran, serta kolusi antara pejabat dan pengusaha yang tidak patriotik.
Seruan introspeksi diri dan tidak menutup mata terhadap fakta-fakta pahit tersebut, merupakan sikap fair dari sosok yang memegang otoritas tertinggi dalam pemerintahan. Bahkan lantang diungkapkan di hadapan ratusan juta rakyat Indonesia, di hadapan 19 kepala negara dan 15 utusan khusus negara-negara sahabat serta para duta besar. Ini adalah sikap kesatria seorang pemimpin yang dibutuhkan bangsa Indonesia. Sikap yang transparan dan akuntabel. Modal untuk membangun pemerintahan yang kredibel.
Ilmuwan politik dan peraih Pulitzer, James MacGregor Burns menyebut sikap-sikap tersebut sebagai kepemimpinan transformatif (Transformatif Leadership). Tidak hanya mencari kepatuhan, tetapi kepemimpinan transformatif juga menumbuhkan komitmen berdasarkan spirit, visi, dan aspirasi kolektif. Transformatif leadership ini merupakan style kepemimpinan politik Franklin D. Roosevelt dan Gandhi. Mereka tidak memimpin dengan transaksi kekuasaan, tetapi membangkitkan idealisme dan semangat nasionalisme untuk menciptakan perubahan besar.
Jauh sebelum menjadi Presiden, sosok Prabowo Subianto yang saya kenal secara pribadi sejak 20an tahun yang lalu, terutama saat bersama-sama di Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI), saat beliau menjadi Ketua Umum dan saya salah satu Ketua Dewan Pimpinan Nasional, adalah patriotik yang idealis dan nasionalis. Dalam amatan publik pun, kita bisa dengan mudah menemukan pikiran-pikiran Presiden yang sarat dengan nasionalisme.
Karena itu, podium perdana kepresidenan yang sakral dan bersejarah, dijadikan sebagai momen untuk mengungkapkan empati atas kondisi aktual rakyat. Masyarakat yang belum sepenuhnya merasakan hasil kemerdekaan. Seperti nasib anak-anak yang kekurangan akses ke pendidikan, anak-anak sekolah yang tidak sarapan, dan warga lanjut usia yang masih bekerja keras di usia tua. Apa yang dilontarkan Presiden adalah bentuk panggilan spiritual seorang pemimpin yang bagi kami, wajib diberikan dukungan.
Pidato Presiden yang menggambarkan tantangan kontemporer bangsa Indonesia. Problem sosial ekonomi yang menunjukkan sebuah anomali jika disandingkan dengan angka-angka statistik ekonomi, atau keanggotaan Indonesia di group elit ekonomi dunia G20. Presiden mengajak kita melihat secara aktual terbentang kenyataan bahwa masih banyak rakyat yang miskin dan tidak menikmati kekayaan alam bangsa kita sendiri. Banyak rakyat yang masih kurang gizi dan tidak memiliki pekerjaan, banyak sekolah dan fasilitas umum yang tidak layak.
Kami menyambut keinginan Presiden menyelesaikan masalah rakyat secara kuratif, dari akar masalahnya yang bersifat jangka panjang. Tanpa melupakan kebutuhan jangka pendek rakyat yang harus segera ditolong. Elaborasi pendekatan kuratif dan karitatif ini kita harapkan menyelamatkan masa depan bangsa Indonesia, serta menolong kebutuhan mendesak rakyat.
Presiden, sebagai kepala negara mengajak kita melihat Indonesia secara utuh. Melihat sisi-sisi yang kurang. Yang tidak menggembirakan. Agar kesadaran kita tergugah. Tidak semata mengandalkan statistik yang kadang parsial.
Menariknya, Presiden menghamparkan dan menggambarkan peta jalan, bagaimana problematika itu dapat diselesaikan, diatasi secara bersama-sama, bergotong royong, berkolaborasi. Presiden ingin membangun tim yang bekerja dalam irama orkestrasi yang sama. Berangkat dari pemahaman yang sama. Bukan hanya tim pemerintah di kabinet, tapi di semua level dan seluruh elemen bangsa.
Ini artinya Presiden ingin membangun pemerintahan yang solid, kompak dan satu komando. Dari level pusat, kementerian, hingga pemerintah daerah dan perangkat desa. Pemerintahan yang bekerja untuk rakyat. Bukan untuk kroni dan golongan.
Seperti sering diungkapkan Presiden, agar semua bersatu, bekerja untuk rakyat. Hal itu pula yang beliau sampaikan dalam dua pertemuan kami dengan Presiden di waktu yang berbeda sebulan terakhir ini. Pertama, silaturahim sebagai calon pimpinan DPD, dan kedua pertemuan setelah terpilih sebagai pimpinan DPD.
Pelantikan Presiden dan Wakil Presiden ini adalah momentum yang baik untuk melangkah bersama mewujudkan Indonesia Emas, negeri yang baldatun thoyyibatun warobbun ghofur.
Kami juga menitipkan Indonesia terus menyuarakan dan mendukung kemerdekaan Palestina sebagai bagian dari perjuangan diplomasi luar negeri kita, sebagaimana Presiden pertegas dalam pidatonya yang akan terus berjuang memberikan bantuan kemanusian dan dukungan terwujudnya Palestina Merdeka.
Pelantikan Presiden dan Wakil Presiden yang dihadiri 19 Kepala Negara dan 15 utusan khusus negara-negara sahabat serta para duta besar, adalah kehormatan luar biasa dan menempatkan Indonesia sebagai negara yang besar dan disegani di dunia. Ini adalah modal besar untuk mewujudkan kepentingan nasional dan wibawa diplomasi internasional kita. Seperti komitmen Presiden Prabowo dengan prinsip “good neighbour policy” dan “1000 kawan terlalu sedikit, 1 lawan terlalu banyak”
Presiden memberi harapan untuk membawa Indonesia ke arah yang lebih baik. Bahwa Indonesia akan senantiasa menjadi negara yang berdiri di atas kepentingan bangsa ketimbang kepentingan kelompok dan golongan.
Pemerintahan yang dinahkodai Presiden Prabowo adalah mitra strategis DPD untuk mewujudkan tujuan bernegara. DPD berkomitmen untuk terus berkolaborasi dan bersinergi dengan pemerintah untuk mewujudkan tujuan nasional bangsa Indonesia.
Billahi Taufiq Wal Hidayah
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Jakarta, 20 Oktober 2024
by Tamsil Linrung, Wakil Ketua DPD RI