RDP Komite III DPD RI – Kemenpora Bahas Permasalahan PON XXI Tahun 2024 Aceh-Sumut

Uritanet, Jakarta –

Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komite III DPD RI dengan Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) membahas beberapa permasalahan dalam penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI Tahun 2024 Aceh – Sumatra Utara (Aceh-Sumut), yang digelar 9 – 20 September 2024. Hadir pula dalam RDP tersebut Sekretaris Kemenpora Gunawan Suswantoro tersebut,

“Jika dibandingkan dengan PON Papua, itu meriah sekali, bahkan sepertinya itu (PON XX di Papua) terbesar di seluruh Indonesia. Hal yang sama seharusnya dialami oleh PON Aceh-Sumut, tapi kita tidak melihat itu,” ucap Ketua Komite III DPD RI Filep Wamafma.

Berdasarkan hasil pengawasan Komite III DPD RI, lanjut Filep, terdapat beberapa permasalahan yang ditemukan dalam penyelenggaraan PON XXI tersebut. Pertama, adanya keterbatasan dalam kesiapan infrastruktur, di mana sebagian venue masih belum selesai dibangun dan masih dilakukan renovasi.

Kedua, ditemukannya keterbatasan anggaran, terutama dengan adanya pemotongan anggaran dari pemerintah pusat untuk kegiatan PON XXI di Sumut. Ketiga, banyak keluhan dari atlet terkait akomodasi yang kurang layak.

Keempat, kurangnya koordinasi yang baik antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah dalam penyelenggaraan PON XXI. Dan kelima, persiapan atlet dan kontingen kurang didukung dengan sarana dan prasarana latihan untuk meningkatkan daya saing, imbuh Senator dari Papua Barat ini.

Baca Juga :  Trah Sultan HB II “Tagih Janji Pemerintah Inggris” Mengembalikan 40 Manuskrip Asli Milik Sultan HB II

Sementara Sekretaris Kemenpora Gunawan Suswantoro terkait penyelenggaraan PON XXI, Gunawan Suswantoro tidak menampik adanya permasalahan dalam event nasional terbesar di Indonesia tersebut. Meski begitu, Gunawan mengklaim bahwa penyelenggaraan PON XXI di Aceh-Sumut terbukti sukses dan menjadi event PON terbesar dalam sejarah.

PON XXI juga dinilai menghasilkan peningkatan prestasi atlet. Selain itu, PON XXI juga dianggap telah sukses memberdayakan ekonomi daerah.

“Hal ini terlihat dengan adanya peningkatan Pendapatan Domestik Regional Bruto di Aceh dan Sumut sebesar 2,1% dan mampu mendorong peningkatan sektor pariwisata dan UMKM,” papar Gunawan Suswantoro.

Meski diklaim sukses oleh Kemenpora Anggota DPD RI dari Sumatra Utara, Dedi Iskandar Batubara, menyampaikan kekecewaannya terkait penyelenggaraan PON XXI Aceh – Sumut yang dianggap belum optimal dari segi fasilitas dan pendanaan ke Kemenpora.

Dedi juga mengkritik pemerintah pusat yang dinilainya kurang mendukung sepenuhnya dari segi pendanaan PON. Dari usulan anggaran sebesar Rp.7 triliun untuk membangun venue, diturunkan menjadi Rp.1,1 triliun, dan akhirnya hanya memperoleh Rp.400 miliar.

“Ini sangat tidak fair, soal anggaran yang harusnya disiapkan secara utuh oleh pemerintah. Ini kekecewaaan masyarakat Sumut yang harus saya sampaikan. Kami harap ini tidak terjadi lagi di masa depan, terutama di PON selanjutnya yang akan diselenggarakan di NTB dan NTT,” ucapnya.

Baca Juga :  Saingi AI Kemenko PMK Ajak Generasi Muda Tingkatkan Kecerdasan Dengan Vokasi di Era Revolusi Industri 4.0

Sedangkan Anggota DPD RI dari Lampung Ahmad Bastian SY, turut mengungkapkan keprihatinannya terkait penyelenggaraan PON XXI di Aceh-Sumut yang dinilai kurang mendapatkan perhatian dari pemerintah pusat, terutama dari segi anggaran yang menyebabkan pelaksanaan PON XXI memunculkan berbagai permasalahan yang disorot masyarakat.

“Saya memahami betapa terpukulnya Pak Dedi (Iskandar Batubara) karena sebagai perwakilan daerah, kami membawa nama daerah di mata nasional. Saat PON (Aceh-Sumut) menjadi sorotan seluruh masyarakat Indonesia, kami juga merasa terbebani dengan permasalahan yang ada,” jelasnya.

Disisi lain, Wakil Ketua Komite III DPD RI Erni Daryanti, menegaskan bahwa pemerintah memiliki tanggung jawab penuh dalam menyukseskan penyelenggaraan PON, baik dari penyiapan infrastruktur, non-fisik, maupun anggaran. Ia menekankan bahwa keterlibatan pemerintah pusat, termasuk Kemenpora bersifat wajib tanpa membebani provinsi tuan rumah secara berlebihan.

“Karena PON adalah tanggung jawab pemerintah, bukan sekadar bantuan. Anggaran untuk PON harus dipastikan adil dan seimbang, baik untuk PON di Papua, Aceh-Sumut, maupun nanti (PON XXII) di NTB dan NTT,” ujar Erni yang merupakan wakil dari Kalimantan Tengah ini.

)***Tjoek

Share Article :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *