Uritanet – Jakarta – Batik Semarangan, yang lahir dari inisiatif pak Marheno dan ibu Zazilah sejak 2004, berhasil membangkitkan kembali tradisi membatik di Kota Semarang. Terinspirasi oleh ikon-ikon khas kota seperti Lawang Sewu dan Tugu Asem, Batik Semarangan tumbuh dari semangat berbagi dengan masyarakat sekitar. Awalnya, mereka memulai pelatihan membatik bagi ibu-ibu di Kampung Batik Bubakan, sebuah wilayah di dekat Kota Lama yang dulunya pernah dikenal sebagai pusat batik.
Seiring berjalannya waktu, batik khas Semarang ini mulai dikenal dengan motif-motif unik yang menggabungkan elemen-elemen tradisional dan kontemporer.
“Upaya keras pak Marheno dan ibu Zazilah membuahkan hasil ketika karya mereka tidak hanya mendapatkan tempat di pasar lokal tetapi juga menembus pasar nasional dan internasional, termasuk ekspor ke Singapura, Jepang, dan Belgia dengan brand Zie Batik” ungkap Ifa.
Kehadiran mereka di berbagai pameran nasional seperti Trade Expo Indonesia membuka peluang baru untuk memperluas jaringan dan memperkenalkan Batik Semarangan ke pasar global.
Dengan dukungan pemerintah, Batik Semarangan kini memiliki beberapa galeri, termasuk di kawasan Kota Lama dan Gunungpati, yang menampilkan hasil karya para pengrajin batik Semarang. Galeri ini juga menjadi pusat pelatihan dan produksi batik dengan warna alami, mendukung pertumbuhan ekonomi kreatif di wilayah tersebut.
)**Benksu