Uritanet, Jakarta –
Pengurus Cabang Nahdatul Ulama (PCNU) Jakarta Pusat secara tegas menolak rencana pelaksanaan Muktamar Luar Biasa (MLB) NU, demikian disampaikan Ketua PCNU Gus Syaifuddin dalam sebuah podcast yang diadakan bersama Masdjo Arifin di Sekretariat Kramat Lontar, Jakarta Pusat (16/9).
Gus Syaifuddin menegaskan polemik MLB NU bukanlah hal baru. Bahwa sejarah mencatat, MLB pertama kali terjadi setelah Muktamar NU di Cipasung, Tasikmalaya, pada tahun 1994, ketika Abu Hasan kalah dalam pemilihan Ketua Umum Tanfidziyah PBNU dari Gus Dur.
Meskipun tidak mendapatkan dukungan mayoritas cabang – cabang, Abu Hasan tetap melanjutkan rencananya berkat dukungan dari pemerintahan saat itu, termasuk Presiden Soeharto.
MLB tersebut dilaksanakan di Pondok Gede, Jakarta, pada Januari 1996, meskipun keberadaan cabang-cabang yang hadir dipertanyakan keabsahannya.
Gus Syaifuddin juga menyampaikan keprihatinan terhadap situasi yang terjadi saat ini, mengingat perjuangan para pendiri NU seperti KH. Hasyim Asy’ari, KH. Wahab Hasbullah, dan KH. Bisri Syansuri. Ia percaya bahwa mereka pasti akan merasa sedih dengan kondisi yang ada.
Ditempat terpisah berkumpulnya para kiai ini untuk menyikapi persoalan terkait kondisi PBNU beberapa waktu terakhir. Para kiai yang berkumpul ini menghasilkan keputusan yang dinamakan “Amanah Bangkalan”.
Salah satu poin kesepakatan para alim ulama bersepakat membentuk Presidium Penyelamat Organisasi NU sekaligus persiapan Muktamar Luar Biasa (MLB) NU. Dan Gus Salam mengklaim MLB NU ini didukung oleh para pengurus di ratusan PCNU dan puluhan PWNU se-Indonesia.
Sementara Gus Syaifuddin mewakili PCNU Jakarta Pusat secara tegas menolak rencana diadakannya MLB NU mendatang. Kami tegak lurus dengan komando dan arahan PBNU. Jangan atas nama pengurus struktural NU untuk kepentingan di luar NU, jelasnya.
PCNU Jakarta Pusat berharap agar semua pihak dapat menghormati keputusan ini dan menjaga kesatuan serta integritas organisasi Nahdatul Ulama.
)**Yuri/ Djo