Uritanet, Jakarta –
Pertemuan yang tak sengaja dan hanya sebuah formalitas. Terkadang justru menghasilkan entitas yang tak terduga. Tepat tiga bulan lalu, ada “orang hebat” mengajak untuk memulai sebuah babak baru. Terbiasa dengan lingkup kepemudaan justru sekarang harus menghadapi lingkup keremajaan.
Pada awal sebuah rangkakan perjalanan, sangat kontradiktif dengan apa yang biasa saya temukan. Rasa tidak nyaman ataupun tak betah, mulai timbul dalam dinamika perjalanan. Saat itu hanya terfikir “orang hebat” yang mengajak saya untuk hadir dalam sebuah keluarga.
Tetapi, lama kelamaan saya mulai nyaman dengan lingkup serta dinamika yang terjadi pada lingkup wilayah. Dengan proses singkat, dilalah saya diberi amanah untuk membawa nama wilayah.
Dalam arungan untuk mencapai DKI, saya lalui dengan sebuah ketakutan dan keraguan. Apakah saya akan membakar habis semua bahan bakar, menahan bahan bakar atau sama sekali tidak membakar bahan bakar. Keraguan tersebut diperoleh karena empirik yang dahulu pernah dilalui. Hal tersebut saya curahkan kepada sepasang “Pahlawan”. Mereka berkata “Jangan takut untuk maju dalam melalui dari apa yang udah dimulai”. Melalui jawaban tersebut saya teguh untuk terus membakar bahan bakar.
Pada sisi lain, “orang hebat” yang dahulu mengajak , menjadi mentor dalam mengarungi DKI Jakarta serta para keluarga juga mendukung penuh dalam proses pendewasaan. Perjalanan dalam mengarungi samudra hitam pun dimulai. Singkatnya, sebulan pengarungan telah dilewatkan dengan ditutup oleh puncak acara yang telah diselenggarakan. Walau tak sesuai harapan, tetapi saya sadar bahwa saya memulai semua ini tanpa harap dan tujuan.
Dari awal perjalanan, saya merasa ini bukan sebuah kompetisi melainkan tempat kontemplasi. Saya juga merasa jika saya memang tak layak dan bukan entitas yang diinginkan. Saya sadar, hal itu terjadi karena ada sebuah regulasi yang tak saya lewatkan. Sudah dua kali, diri ini kalah dengan sebuah regulasi. Tetapi saya merasa hal ini akan menjadi sebuah esensi, dalam memaknai sebuah pengarungan. Pada sisi lain, hal ini memiliki arti agar saya tak meninggi dan terus merasa membumi. “Mungkin” diatas kertas saya kalah, tapi saya tak pernah merasa kalah, karena saya hanya tak diberi kesempatan. Terima kasih tuhan telah memberikan berkat melalui sepasang “Pahlawan” yang luar biasa dalam proses pendewasaan. Masih banyak tempat untuk mencapai tumbuh, liar dan berkembang.
Terima Kasih Putra Bagas Dirgantara dan Iratama Artayasa
Tabik
Yuri Aghnia Pribadi