Papa Francesco…

Uritanet, Jakarta –

Kedatangan Paus Fransiskus di Indonesia disambut dengan sangat meriah, nyaris semua media membicarakan tentang beliau. Dia adalah satu-satunya kepala negara yang kedatangannya sangat ditunggu-tunggu di seluruh belahan dunia, yang bisa membuat jutaan orang menjadi galau. Juga mengenai kesehatan beliau, di dalam usia yang memasuki senja dengan hitungan 87 tahun, tentu saja membuat banyak orang merasa risau. Perjalanan panjang ke berbagai negara yang pasti sangat melelahkan, tetapi sepertinya tidak tampak di wajah beliau yang penuh dengan aura yang berkilau.

Terlahir dengan nama Jorge Mario Bergoglio di kota Buenos Aires, Argentina, yang kedua orangtuanya merupakan keturunan imigrant dari negeri Italia. Memang sebagian besar penduduk Argentina yang sekarang ini merupakan keturunan imigrant Italia yang datang pada masa akhir abad 19 hingga sebelum perang dunia kedua. Berbagai alasan yang membuat mereka pergi kesana, selain untuk mencari kehidupan baru yang lebih baik bagi keluarga. Atau pergi menghindari kebangkitan fasis Mussolini yang semena-mena yang membuat hidup menjadi sengsara dan porak poranda.

Baca Juga :  ‘Rotasi Fadel’ dari Wakil Ketua MPR RI ‘Tetap Jalan’

Pada tahun 2013, Paus Fransiskus diangkat menjadi pemimpin tertinggi dari umat Katolik yang berjumlah 1,36 milyar yang tersebar di seluruh dunia. Dia menggantikan Paus Benedict XVI yang turun dari singgasana karena tersangkut banyak persoalan dan masalah. Beliau juga otomatis menjadi kepala negara Vatikan yang merupakan salah satu negara terkecil di dunia yang seutuhnya berada di dalam wilayah kota Roma. Rata-rata bahasa di seluruh dunia menyebut gelar beliau sebagai Papa atau Pappas, sedang di Indonesia disebut dengan Paus karena mengikuti istilah dari bahasa Belanda.

Cara pandang Paus Fransiskus sangat liberal, seperti memperbolehkan wanita menjadi pengurus administrasi di Vatikan yang selama ini dimonopoli oleh kaum pria. Atau merangkul kaum pelangi, walaupun tidak merestui perkawinan sejenis tetapi masing-masing individu bisa diberkati dengan janji masuk surga. Beliau juga kerap menghimbau dan tidak memperbolehkan adanya perilaku diskriminasi terhadap kelompok mereka. Mungkin ini karena pengalaman hidup beliau yang pernah menjadi penjaga pintu sebuah klub malam dan nyaris menikah dengan seorang wanita, sebelum akhirnya menetapkan panggilan jiwa.

Baca Juga :  Tanggapan Sekretariat Jenderal DPD RI Soal Renovasi Ruang Anggota Dan Toilet “Pemberitaan Tidak Berimbang”

Walaupun disinyalir kehidupan para Paus di Vatikan umumnya bergelimangan harta tetapi Papa Francesco, demikian namanya dalam bahasa Italia, memilih untuk hidup sederhana. Dia menolak untuk tinggal di kediaman resmi yang lukisan hiasan di dindingnya tidak ternilai harganya, malah memilih untuk tinggal di asrama. Perjalanannya dalam keliling dunia juga memakai maskapai komersial walaupun tentu saja dengan pengamanan super ketat sekelas VVIP karena beliau adalah juga seorang kepala negara. Kehidupan sederhana ini sesuai dengan sumpah ordo Jesuit, yang serasa langit dan dasar sumur jika melihat para gembala-gembala gereja yang suka pamer jam tangan dan perhiasan-perhiasan mewah.

Tabik.

B. Uster Kadrisson

Share Article :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *