Belantara Biodiversity Class : Edukasi Generasi Muda Lewat Pendataan Biodiversitas di Taman Heulang

Uritanet, Bogor –

Belantara Foundation bekerja sama dengan Prodi Biologi FMIPA, Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat serta Prodi Manajemen Lingkungan Sekolah Pascasarjana Universitas Pakuan menyelenggarakan kegiatan peningkatan kapasitas kepada masyarakat khususnya generasi muda terkait mendata dan mengidentifikasi biodiversitas (tumbuhan, kupu kupu dan burung) di lingkungan urban yang dikemas melalui kegiatan Belantara Biodiversity Class (18/5) di Taman Heulang, Kelurahan Tanah Sareal, Kecamatan Tanah Sareal, Bogor.

Kegiatan ini berkolaborasi dengan KupuKita dan IUCN Indonesia Species Specialist Group (IdSSG) serta didukung oleh PT. Sharp Electronics Indonesia dan Taman Impian Jaya Ancol.

Belantara Biodiversity Class merupakan salah satu rangkaian kegiatan Biodiversitas Kini dan Nanti yang diselenggarakan dalam rangka mendukung pemerintah dalam memeriahkan World Species Congress 2024 dari IUCN program Reverse the Red yang diadakan (15/5) lalu.

Selain itu, kegiatan ini secara khusus diselenggarakan dalam rangka menyambut hari keanekaragaman hayati internasional 2024 yang diperingati pada 22 Mei setiap tahunnya. Dimana tahun ini, mengangkat tema “Be Part of the Plan” atau “Menjadi Bagian dari Rencana”.

Tema ini mendorong semua pihak untuk berpartisipasi aktif dalam mendukung implementasi kerangka kerja global yang ditetapkan dalam Konvensi PBB untuk mengurangi laju hilangnya keanekaragaman hayati, atau yang dikenal sebagai Kunming Montreal Globai Biodiversity Framework.

Tujuan utama Belantara Biodiversity Class adalah meningkatkan kesadaran (awareness) dan pemahaman masyarakat khususnya generasi muda akan pentingnya menjaga dan melestarikan biodiversitas yang ada di sekitar khususnya di kawasan perkotaan.

Tujuan lain dari kegiatan ini yaitu mendata dan mengidentifikasi potensi biodiversitas seperti tumbuhan, kupu kupu dan burung yang ada di Taman Heulang.

Direktur Eksekutif Belantara Foundation, Dr. Dolly Priatna mengatakan bahwa Taman Heulang dipilih menjadi lokasi kegiatan karena merupakan taman terluas yang ada di Kota Bogor yaitu lebih kurang 2,8 hektare yang awalnya hanya dijadikan sebagai lapangan bola dan tidak terurus.

“Oleh karena itu, Pemerintah Kota Bogor merevitalisasi lapangan tersebut menjadi sebuah taman pada 2015 sehingga sangat penting dilakukan pendataan potensi biodiversitas seperti jenis jenis tumbuhan, burung dan kupu-kupu sebagai bahan monitoring dan evaluasi untuk mendukung pembangunan yang berkelanjutan di taman tersebut” ujar Dolly, yang juga sebagai pengajar di Sekolah Pascasarjana Universitas Pakuan.

Dolly yang juga anggota Commission on Ecosystem Management IUCN menambahkan, keberadaan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan seperti Taman Heulang ini dapat dijadikan sebagai laboratorium alam, tempat menimba ilmu bagi pelajar khususnya bidang biologi.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni, dkk. pada 2018 yaitu terdapat setidaknya 17 jenis burung yang berhasil dijumpai di Taman Heulang. Data tersebut perlu dilakukan pemutakhiran setiap waktu untuk mengetahui apakah terjadi perubahan terhadap keberadaan jumlah jenis burung tersebut.

Satwa liar seperti kupu-kupu dan burung memiliki peran yang sangat penting bagi kelangsungan ekosistem. Misalnya, kupu-kupu berperan penting sebagai pollinator, yaitu agen penyerbuk alami bagi bunga. Burung dapat membantu dalam penyebaran biji (seeds dispersal) dan pengendali hama (biokontrol). Selain itu, kupu-kupu dan burung dapat menjadi indikator baik atau tidaknya kualitas lingkungan (bioindikator).

Seiring pesatnya pembangunan, kupu-kupu dan burung menghadapi ancaman seperti kehilangan habitat, perburuan dan perdagangan secara ilegal, pencemaran lingkungan, perubahan iklim global, serta kerusakan ekosistem yang berdampak pada produktivitas dan kesehatan habitat mereka.

Pada tempat yang sama, Pendiri komunitas KupuKita, Dr. Nurul L. Winarni mengatakan pihaknya terus mengajak dan mendorong masyarakat terutama generasi muda untuk terlibat dalam pendataan kupu-kupu yang ada di sekitar mereka.

“Kami terus mendorong gerakan citizen science kupu-kupu, Sebuah kegiatan kerja ilmiah yang dilakukan masyarakat secara menyenangkan dengan dampingan ilmuwan profesional atau lembaga ilmiah” kata Nurul yang juga sebagai Head of Service and Development/ Research Scientist Research Center for Climate Change Universitas Indonesia.

Berdasarkan hasil pengamatan, didapatkan 15 jenis burung dan 16 jenis kupu-kupu. Dari 15 jenis burung yang berhasil diidentifikasi, terdapat satu jenis burung, yaitu burung kipasan belang (Rhipidura javanica) yang masuk ke dalam kategori burung yang dilindungi oleh Permen LHK No.106 tahun 2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi.

Berdasarkan status keterancaman, terdapat satu jenis burung, yaitu burung kacamata biasa (Zosterops melanurus) masuk ke dalam daftar merah International Union for Conservation of Nature (IUCN) yang berstatus rentan terhadap kepunahan atau Vulnerable (VU).

Peserta kegiatan yaitu pelajar yang berasal dari SMA Negeri 1 Sukaraja, Bogor, SMA Negeri 6, Bogor, SMA Negeri 9, Bogor: SMK Negeri 1, Bogor, dan SMA N 6, Tangerang Selatan serta mahasiswa dari Universitas Riau, Universitas Andalas, Universitas Padjajaran, Universitas Mataram, Universitas Jember, Universitas Samudera dan Universitas Mulawarman.

Fasilitator kegiatan ini berasal dari Belantara Foundation, KupukKita dan Himabio Helianthus FMIPA Universitas Pakuan.

)**Nawasanga

Share Article :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *