Uritanet, Jakarta –
Ancol Taman Impian menggelar sensus burung air di empat kawasan Ancol (25/02) meliputi kawasan Ecopark, Putri Duyung Resort, Dermaga Marina dan Pantai Timur Ancol, Jakarta, dengan menggandeng Jakarta Birdwatchers Society dan Belantara Foundation dalam rangka memperingati Asian Waterbird Census (AWC) atau Sensus Burung Air se Asia.
AWC adalah kegiatan kesukarelawanan untuk memantau Burung Air yang dilakukan setiap tahun di setiap minggu ke-2 dan ke-3 di bulan Januari. Kegiatan tersebut dilakukan serentak secara internasional, meliputi wilayah Afrika, Amerika, dan Eropa, dan Australasia (Australia, Selandia Baru, Kepulauan Papua New Guinea, dan Kepulauan Pasifik). Di Indonesia, AWC 2024 Sensus Burung Air dilakukan sepanjang bulan Januari dan Februari.
Dengan Sensus Burung Air SeAsia tahun 2024 ini, untuk mengetahui jenis jenis Burung Air yang terdapat di kawasan Ancol. Sekaligus menumbuhkan kesadaran (awareness) dan memberikan edukasi kepada masyarakat khususnya generasi muda akan pentingnya menjaga dan melestarikan keberadaan burung air yang menjadi sasaran sensus.
Direktur PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk, Eddy Prasetyo menyatakan bahwa Ancol tidak hanya merupakan kawasan wisata akan tetapi juga merupakan rumah keanekaragaman hayati flora dan fauna ekosistem pesisir.
Terpilihnya Ancol Taman Impian menjadi kegiatan Sensus Burung Air SeAsia tahun 2024 ini lantaran memiliki lokasi yang berada di kawasan pesisir Jakarta, dimana masih terdapat Hutan Bakau yang tersisa dan sekaligus menjadi destinasi tujuan wisata.
Sebuah lokasi wisata yang memiliki luas sekitar 150 ha ini, yang juga menjadi salah satu lokasi penting bagi pelestarian burung air di Jakarta dan dapat pula menjadi pembelajaran bagi daerah wisata pantai lainnya di Indonesia.
“Selain menjadi kawasan wisata, Ancol Taman Impian juga merupakan rumah dari banyak flora dan fauna liar khususnya jenis burung di ekosistem pesisir. Sejalan dengan salah satu fungsi kami sebagai lembaga konservasi dalam upaya pelestarian keanekaragaman hayati, keberadaan ini terus kami monitor dan evaluasi bekerja sama dengan Jakarta Birdwatcher Society agar dapat menjaga keberlangsungan kehidupannya,” demikian jelas Direktur PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk, Eddy Prasetyo (24/2).
Seperti diketahui, Januari 2020, Ancol Taman Impian bersama Biodiversity Warriors pernah melakukan kegiatan AWC di kawasan Ecopark Ancol dan berhasil mengidentifikasi 14 jenis burung dengan total 132 individu. Dari 14 jenis burung tersebut, terdapat empat jenis Burung Air dengan total 19 individu.
Adapun, jenis jenis burung air tersebut diantaranya Blekok Sawah (Ardeola speciosa), Pecuk Ular Asia (Anhinga melanogaster), Kokokan Laut (Butorides striata), dan Kareo Padi (Amaurornis phoenicurus).
Sebagai catatan, Burung Air memiliki habitat populasi di lahan basah. Keberadaannya memiliki peran penting bagi manusia dan alam sekitar. Populasi Burung Air telah menjadi indikator lingkungan yang penting dalam pengelolaan lahan basah. Di beberapa daerah persawahan dan Hutan Mangrove, Burung Air bermanfaat sebagai agen pengendali hama alami dan indikator kualitas lingkungan.
Namun dengan adanya pandemi Covid 19 yang melanda seluruh daerah di Indonesia dan dunia. Maka kegiatan AWC di kawasan Ancol pun belum dilakukan kembali.
Perlu diketahui pula, bahwa keberadaan burung, khususnya Burung Air di Jakarta menghadapi ancaman serius termasuk kehilangan habitat akibat urbanisasi, pencemaran air di Teluk Jakarta, perburuan, dan tekanan dari aktivitas manusia.
Dengan kata lain, Burung Air secara global menghadapi ancaman seperti kehilangan habitat, perburuan dan perdagangan secara ilegal, pencemaran air, perubahan iklim, serta kerusakan ekosistem yang berdampak pada produktivitas dan kesehatan habitat mereka.
Koordinator Jakarta Birdwatcher’s Society, Ady Kristanto mengatakan bahwa upaya konservasi sangat dibutuhkan untuk melindungi burung air dan habitat mereka.
“Kesadaran masyarakat akan pentingnya burung di alam masih sangat rendah, sehingga banyak masyarakat yang acuh terhadap peran dari Burung Air bahkan memburunya. Oleh karena itu, kegiatan pengamatan burung sebagai upaya penyadartahuan warga perlu ditingkatkan dan kegiatan sensus burung air ini adalah salah satunya”, ujar Ady lagi.
Sementara Direktur Eksekutif Belantara Foundation, Dr. Dolly Priatna menambahkan bahwa pelibatan masyarakat khususnya generasi muda, merupakan salah satu kunci keberhasilan pelestarian satwa liar, termasuk burung air beserta habitatnya. Dan Generasi muda memainkan perananya yang penting sebagai agen perubahan.
“Anak zaman now sangat aktif dalam memviralkan sesuatu di media sosial. Kekuatan ini perlu diarahkan untuk banyak hal yang positif, termasuk dalam memviralkan pentingnya burung air dilestarikan. Banyak cara untuk terlibat dalam pelestarian burung air beserta habitatnya, salah satunya yaitu berpartisipasi aktif dalam melakukan sensus burung air yang ada sekitar tempat tinggal mereka. Aksi tersebut diunggah di media sosial sehingga dapat menjadi motivasi dan inspirasi bagi masyarakat khususnya generasi muda untuk terlibat aktif dalam menjaga dan melindungi burung air di daerah mereka”, tandas Dolly, yang juga sebagai Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Pakuan.
Berdasarkan Sensus Burung Air yang telah dilakukan di empat kawasan Ancol Tahun 2024 ini, berhasil mengidentifikasi 40 jenis burung dengan total 337 individu. Dari 40 jenis burung tersebut, terdapat 10 Jenis Burung Air dengan total 93 individu.
10 Jenis burung tersebut yaitu Blekok Sawah (Ardeola speciosa), Kuntul Kecil (Egretta garzetta), Kokokan Laut (Butorides striatus), Pecuk Ular Asia (Anhinga melanogaster), Kuntul Perak (Ardea intermedia), Kowak Malam Abu (Nycticorax nycticorax), Trinil Pantai (Actitis hypoleucos), Cangak Abu (Ardea cinerea), Pecuk Padi Hitam (Phalacrocorax sulcirostris) dan Kareo Padi (Amaurornis phoenicurus). Dari 10 jenis Burung Air tersebut, juga terdapat satu jenis burung migran yaitu Trinil Pantai (Actitis hypoleucos).
Sedangkan berdasar status keterancamannya, terdapat satu jenis burung air yang masuk ke dalam ‘Daftar Merah’ International Union for Conservation of Nature (IUCN), yaitu burung Pecuk Ular Asia (Anhinga melanogaster) berstatus hampir terancam punah / Near Threatened (NT).
Hasil Sensus Burung Air se-Asia 2024 ini segera dilaporkan kepada Wetlands International Indonesia sebagai koordinator AWC Indonesia dan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta. Dan hasil Sensus Burung Air ini dapat menjadi pengayaan data burung air Pemprov DKI Jakarta.
Sensus Burung Air se-Asia 2024 ini juga dihadiri sukarelawan sensus burung air di kawasan Ancol dari berbagai sektor, seperti pelajar dan mahasiswa, praktisi konservasi, komunitas muda penggiat lingkungan, sektor swasta dan jurnalis serta masyarakat umum.
)**T.Yuri