Uritanet, Jakarta-
Layaknya pergaulan mahasiswa semasa kuliah yang berkumpul dalam sebuah kelompok tentunya berkumpul lantaran sepaham, se-visi dan se frekuensi, sehingga Kami bersama dengan 30 kawan mahasiwa lainnya, lalu menggabungkan diri dalam wadah yang kami beri nama Studi Komunikasi Club (SKC).
Dan menyebut nama “SKC”, kesannya sedikit serius. Apalagi dilabeli Studi Komunikasi, seperti ada kesan kuat terkait dengan intelektual. Dan kami tidak menafikkan kesan itu, karena memang itulah visi yang hendak kami bangun, yakni menjadi bagian dari masyarakat intelektual yang berbasis ilmu komunikasi, fakultas yg memang kami pilih saat menuntut ilmu di IISIP Jakarta.
Jika ditelisik dan ditelusuri lebih kebelakang dan mendalam bahwa SKC sesungguhnya kumpulan mahasiswa yang sehabis kuliah senang menghabiskan waktu berkumpul bersama, hangout, berbincang dan bersenda gurau, semata untuk saling berbagi cerita dalam kegelisahan sebagai mahasiswa yang kala itu sama sama masih berstatus lajang, alias sendiri atau belum berpasangan (pacaran).
Seperti istilah dalam bahasa ‘candaan’ kami kala itu dengan sering saling mengucapkan ,” Sebatang Kara Club (SKC) atau kadang kami sebut juga ‘Sebatang Kara Ciing’ ….
Nahhh … dengan berjalannya waktu, dari 30-an orang yang lajang itu, satu persatu mulai memiliki pasangan hidup. Namun tetapi kebersamaan terus berlanjut.
Aktivitas hangout bersama, sambil berbicara serta bersenda gurau dengan segala cerita kenakalan mahasiswa di jamannya itu, masih tetap menjadi sekedar cerita yang tak ada habisnya.
Akhirnya sebagai kumpulan orang muda yang terus berproses membangun jati dirinya, SKC pun bermetamorfosa untuk bersepakat menjadikan wadah SKC diarahkan untuk kegiatan yang lebih positif, memiliki tujuan dan visi bersama yang lebih bermanfaat dan bertanggung jawab.
Dan, lewat kesepakatan bersama pula pada sebuah malam Minggu, di rumah salah seorang sahabat SKC, I Made Sudana (Jajus), di bilangan Pejaten, Jakarta Selatan, SKC bersepakat bahwa SKC yang semula akronim dari Sebatang Kara Club menjadi Studi Komunikasi Club (SKC).
Sejak malam itu, kami pun serius merumuskan tujuan dan visi SKC denga. lebih bertanggungjawab, maka dibuatlah aturan dengan membentuk kepengurusan sebagaimana mestinya layaknya organisasi. Dan lewat mekanis pemilihan yang demokrastis, maka terbentuk kepengurusan formal pada 14 Maret 1992, dengan Ketum, Ade Jahja dan Sekjen, Fadil Syukri.
Setelah menjadi wadah berkumpul yang lebih formal, SKC pun memiliki Sekretariat yang juga menjadi kontrakan dan (kos2an) bersama. Dimana di Sekretariat itu, kami banyak menghabiskan waktu semasa kuliah. Mulai dari belajar bersama, diskusi tentang berbagai issue yang tengah hangat, sampai urusan percintaan dan semua dilakukan dalam suasana kekeluargaan, penuh persahabatan yang kental.
Di samping itu bersama SKC pun kami belajar lebih serius mengorganisir berbagai kegiatan yang melibatkan masyarakat di lingkungan kampus.
Tercatat SKC pernah menggelar Gebyar Seni Rupa dengan mengadakan Pameran Karya Seni, seniman jebolan ISI Jogya dan IKJ-Jakarta, di sudut sudut ruangan dan gang di seputar Sekretariat SKC di Lenteng Agung. Kegiatan ini dibuka Tubagus Haryono, Ketua DPP KNPI kala itu.
Pernah pula SKC menggelar bakti sosial yang melibatkan kawan kawan mahasiswa di lingkungan Jampus IISP Jakarta. Dan masih banyak kegiatan lainnya yang menjadi cerita.
Kami bersepakat melanjutkan silaturahmi bersama sahabat SKC lainnya yang semuanya adalah sahabat yang asyik, yang mewarnai perjalanan hidup kami, yang sarat dengan kenangan dalam berbagai versinya.
Semoga dalam waktu yang tidak terlalu lama silaturrahmi kami, SKC segera terwujud …. Bravo SKC …
)**FDL/ Benksu