Film Eksil Film Dokumenter Terbaik FFI 2023 : Mereka Masih Cinta Indonesia, Tayang 1 Februari 2024

Uritanet, Jakarta –

Sutradara Lola Amaria mengatakan bahwa Film Eksil yang dibesutnya ini tak bermaksud mengangkat peristiwa kelam G30S/PKI atau politik yang melatarbelakangi nya, tetapi lebih melihat dari sisi kemanusiannya. Yakni dengan melihat dan mendengar langsung apa yang dialami para Eksil selama menetap di negeri orang akibat ‘terusir dari negeri sendiri’. Dan termasuk kerinduan dan kecintaan mereka terhadap Tanah Airnya, Indonesia. Oleh karenanya, Film Eksil didapuk meraih penghargaan Film Dokumenter Terbaik FFI 2023, yang sekaligus jawaban dari mereka bahwa ‘Mereka Masih Cinta Indonesia’ !!!

Film yang bakal tayang 1 Februari 2024 nanti, bukanlah film untuk yang mengerti soal Peristiwa 1965. Tapi ini untuk lebih kepada generasi kami dan atau generasi di bawah kami yang setiap tahun ditayangkannya film G30S/PKI, dalam melihat film ini dari sisi lain, jelas Lola Amaria.

“Karena film ini berbicara dari orangnya langsung, yang mereka berada di luar negeri, jauh sebelum peristiwa PKI dan nggak boleh pulang. Mereka punya cerita yang jujur tentang itu,” ungkap Lola Amaria.

Dan hampir dari 10 orang yang berhasil diwawancarai, mereka masih mengaku Cinta Indonesia, meskipun beberapa dari mereka sudah beranak pinak disana. Bahkan secara jujur hati mereka tetap rindu pulang ke kampung halamannya di Indonesia.

Film Eksil adalah film sejarah kelam Indonesia pada masa huru hara politik Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia (G30S/PKI) 1965, yang dilihat dari sudut pandang para korban atau orang-orang asli Indonesia yang tak diakui negara hingga akhirnya terdampar di negeri orang, seperti mereka yang berada di Rusia, Belanda, Ceko, Swedia dan lain sebagainya.

Para Eksil hanya menceritakan apa yang dialaminya pada masa masa sulit saat itu hingga harus terdampar di negara orang.

Baca Juga :  Alien Child, Aya dan Laras, Talenta Muda Musik Indonesia, Ingin Berkolaborasi Dengan Musisi Musik Siapa Pun

Lola Amaria pun menambahkan bahwa bersama timnya telah melakukan riset sejak 2010 termasuk mencari data keberadaan para Eksil tersebut. Kemudian penggarapan filmnya berlangsung sejak tahun 2015. Dimana selama tiga bulan berada di Eropa dengan berbagai negara yang dikunjunginya, Lola dan timnya lalu bertemu langsung dan berbincang dengan para Eksil.

“Ini film dokumenter perdana saya. Di film ini menggunakan gaya bertutur, sehingga akan lebih mudah untuk dicerna terutama oleh generasi milenial dan generasi Z. Kedua generasi ini sudah sangat berjarak dengan sejarah masa lalu, apalagi dengan disrupsi informasi yang masif sekarang ini. Kepada merekalah anak-anak muda, termasuk orangtua film ini sesungguhnya kita berikan. Agar lebih tahu dengan keadaan yang sebenarnya yang dialami para Eksil,” tukas Lola Amaria (29/1).

Dalam kesempatan yang sama Sari Mochtar atau akrab dipanggil Ai selaku Line Produser menambahkan, bahwa untuk bisa berinteraksi dengan para narasumber itu tidak gampang, dibutuhkan trik dan kesabaran sehingga mereka percaya.

Baca Juga :  Forum Batak Intelektual Gandeng Penyanyi Nagaswara Ingin Cerdaskan Anggotanya Lewat Video Klip

“Untuk membuat mereka percaya nggak gampang, kecurigaan itu kerap hadir. Bahkan ketika kita mengambil video mereka juga mengambil video tentang kita. Jadi untuk mensiasati kita harus membantu masak atau cuci piring agar rasa curiga itupun menjadi cair. Dari sanalah baru mereka percaya sama kita dan bisa diwawancarai secara terbuka, ” terang Ai.

Film Eksil segera tayang di bioskop yang telah ditentukan diantaranya, yakni di Plaza Senayan XXI Jakarta, AEON Mall BSD City XXI Tangerang, Mega Bekasi XXI, TSM XXI Bandung, Ciputra World XXI Surabaya, Ringroad Citywalks XXI Medan, Empire XXI Yogyakarta dan Cinepolis Plaza Semanggi, Mall Lippo Cikarang serta Flix Ashta SCBD hingga CGV Aeon Mall Jakarta Grand Cakung (JGC) dan CGV JWalk Jogja.

“Kita mendapatkan kendala tidak saja dalam proses pembuatannya. Tentunya masalah dana juga menjadi perhatian penting. Disamping masalah narasumber yang cukup sulit untuk ditemui dan mau bercerita. Karena mereka waspada sekali terhadap kita. Mereka mengira kita intel atau mata-mata, sehingga menjaga jarak dengan kita. Dan ini butuh proses untuk meyakininya,” tambah Lola Amaria, penuh percaya diri.

)**E.Murod/ Nawasanga

Share Article :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *