Uritanet, Jakarta –
Masyarakat dunia makin lantang menyerukan boikot atas produk produk Israel dan produk-produk yang terkait dengan Israel, tak terkecuali produk produk dari Danone di Indonesia. Danone pemilik saham terbesar sekaligus pengendali merek ini, merupakan raksasa nasional asal Perancis. Dan raksasa makanan dan minuman dunia ini disebut punya jejak keterkaitan dengan rezim apartheid Israel yang mengangkangi tanah Bangsa Palestina sejak 75 tahun silam.
Tercatat separuh saham Danone dimiliki oleh perusahaan investasi raksasa asal Amerika Serikat: Blackrock yang berbasis di New York, punya investasi yang masif di Israel dan di sejumlah perusahaan mesin perang, termasuk Lockheed Martin, RTX, Northrop Grumman, Boeing, dan General Dynamics, yang semuanya memproduksi persenjataan perang top notch, yang kemudian dipergunakan Israel untuk membunuh belasan ribu warga Pelastina di Gaza, dimana nyaris separuhnya anak anak, dalam 40 hari terakhir.
Sampai di sini, keterkaitkan Danone dengan Israel mulai terbaca. Ini karena Blackrock adalah bandar perusahaan perusahaan yang mempersenjatai mesin-mesin perang Israel.
Dengan kata lain, Blackrock lah yang menjadikan Israel dengan mudah terlihat layaknya monster haus darah di layar televisi dan handphone, warga dunia hari hari ini.
Bombardir serangan udara Israel atas Gaza dalam sebulan lebih terakhir telah berujung genosida terbesar dalam abad ini menewaskan lebih dari 14.000 orang.
Blackrock juga bikin orang banyak senewen karena sikap politik bosnya, Larry Fink yang tak segan menunjukkan dirinya sebagai pendukung hardcore rezim apartheid Israel. Bahkan Fink bersemangat menggambarkan pemerintahan Presiden Joe Biden di Washington mengerahkan armada kapal induk bertenaga nuklir pada bulan lalu, sebagai upaya ‘menakut nakuti’ Iran, sebagai “pernyataan spektakuler dari Amerika Serikat”. Belum cukup, Fink juga melewatkan Israel dari daftar kecamannya, seolah kebengisan Israel atas Gaza terjadi di planet lain.
Sikap Fink juga fakta perusahaannya menguasai sejumlah besar saham Danone, menjadikan Danone, dan unit unit usahanya di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, ikut terseret karena dianggap sebagai bagian dari mesin mesin kapitalis global yang aktif membandari Israel.
Danone adalah perusahaan publik yang beroperasi di 120 negara dan sebagai entitas swasta, tidak memiliki afiliasi dengan politik apa pun.
Danone tidak memiliki pabrik dan tidak beroperasi di Israel. Dan di Indonesia, Danone memiliki 25 pabrik dengan 13.000 karyawan, dan melayani lebih dari 1 juta pedagang di seluruh negeri.
Danone S.A, demikian nama resminya, merupakan gergasi multinasional dengan tentakel bisnis tersebar di 120 negara, termasuk Indonesia. Di Indonesia, misalnya, Danone adalah pemegang saham terbesar sekaligus pengendali di sejumlah bisnis basah dan strategis.
Seperti di sektor air minum dalam kemasan, Danone pemegang saham dan pengendali brand AQUA, VIT, dan Mizone via kepemikan atas PT Agua Golden Mississippi (74 persen), PT Tirta Investama (74 persen ), dan PT Tirta Sibayakindo (55,5 persen).
Di bisnis Susu Bayi Formula dan Minuman Bernutrisi, Danone pengendali atas semua produk susu dengan brand Nutricia dan SGM via PT Nutricia Indonesia Sejahtera (100 persen), PT Sarihusada Generasi Mahardhika (99,97 persen), dan PT Sugizindo (99,97 persen).
Sementara di Eropa. Sebagai perusahaan terbuka, bagian terbesar dari saham Danone (78 persen) sebenarnya bukan di tangan masyarakat umum tapi pada belasan ‘investor institusional’, sebutan untuk perusahaan investasi raksasa.
Tercatat Danone pada 2022, membukukan penjualan global sekitar Rp.550 triliun, atau setara seperenam APBN Indonesia pada 2023, dan Rp.27 triliun di antaranya kontribusi penjualan Danone berasal dari Indonesia.
Ini berarti dari setiap sen penjualan produk Danone lari ke headguarter Danone di Perancis, lalu dari situ meresap ke brankas Blackrock di New York dan, selanjutnya, silakan menebak sendiri.
Sejarah Danone
Dekade 1970 an, Danone yang kala itu masih bernama Groupe Danone, menjalin kerjasama strategis dengan Strauss Dairies, produsen makanan dan minuman kemasan di Israel. Kerja sama kala itu termasuk mencakup bantuan permodalan, penjualan produk Danone dan kesepakatan alih teknologi.
Boleh dikata, Danone lah yang membukakan jalan bagi Strauss Group kepada inovasi dan keilmuan first class yang dihasilkan laboratorium laboratorium riset Danone di berbagai negara, utamanya fasilitas riset utama Danone, Centre Daniel Carasso, di Perancis.
Pada 1974, Danone membukakan jalan bagi Strauss untuk bisa memproduksi Yogurt. Namun pada 1982, di tengah membesarnya gerakan boikot dunia Arab atas produk Israel, Danone memutuskan menarik diri. Danone pergi dengan memberi syarat bahwa tiga produk unggulannya, Dani, Danone, dan Daniela, bisa tetap diproduksi di Israel asalkan dengan tulisan dalam aksara Ibrani.
Pada 1996, setelah 14 tahun melipir untuk menghindari kemarahan dunia Arab, Danone kembali ke Israel. Per Desember pada tahun yang sama, Danone membeli 205 saham Strauss Health Ltd. (sebelumnya bernama Strauss Dairies Ltd.) dan Strauss Holdings (sebelumnya Strauss Nahariya Dairy Ltd.). Pembelian itu termasuk pemberian lisensi bagi perusahaan di tanah jajahan itu untuk menggunakan know how Danone dalam produksi seluruh produk fresh dairy Danone.
Kehadiran Danone inilah yang melapangkan jalan bagi Strauss untuk menjadi raksasa makanan dan minuman kemasan di Israel. Dalam sebuah sirkular resmi belum lama ini, Danone menyebut bahwa per 31 Desember 2022, perusahaan tercatat punya saham pada sebuah entitas bisnis di Israel, yakni Strauss Health Ltd. dengan porsi kepemilikan saham 20 persen.
Danone mendapatkan keuntungan rutin dari operasi dan bisnis salah satu perusahaan makanan dan minuman kemasan terbesar di Israel, Strauss.
Fakta lain pabrik Strauss berlokasi di atas tanah warga Palestina yang terjajah dan fakta bahwa hari demi hari dalam beberapa dekade terakhir Strauss bisa menghasilkan keuntungan yang fantastis di tengah pendudukan, agresi dan genosida Israel atas bangsa Palestina.
Catatan lainnya, seperti di Indonesia melalui Majelis Ulama Indonesia (MUI) meminta umat Islam untuk menghindari penggunaan produk pendukung Israel.
Bahwa membeli produk dari produsen yang secara nyata mendukung agresi Israel ke Palestina adalah ‘Haram’ hukumnya.
Ketua MUI Bidang Fatwa Asrorun Niam Sholeh menegaskan bahwa fatwa tersebut merupakan bentuk komitmen dukungan kepada perjuangan kemerdekaan bangsa Palestina dan juga perlawanan terhadap agresi Israel serta upaya genosida.
“Mendukung pihak yang diketahui mendukung agresi Israel, baik langsung maupun tidak langsung, seperti dengan membeli produk dari produsen yang secara nyata mendukung agresi Israel hukumnya haram,” jelas Niam (11/11).
Dalam pernyataannya umat Islam dihimbau untuk semaksimal mungkin menghindari transaksi dan penggunaan produk yang terafilitasi dengan Israel serta yang mendukung penjajahan dan zionisme. Himbauan tersebut tercatut dalam Fatwa MUI No. 28/2023 tentang Hukum Dukungan terhadap Perjuangan Palestina.
Sampai di sini, keterkaitkan Danone, Staruss Diaries, Strauss Health, Blackrock, Israel, dan afiliasi produk lainnya, mulai terbaca … semoga menjadi pencerahan dalam bersikap.
)***tjoekjegegtantri / foto by prindonesia.co; bisnis.com; wikipedia