20 Ton Teh Tambi Menuju Rusia, Salak 1.7 Ton ke Malaysia

Uritanet, – Indonesia dikenal sebagai produsen teh yang dikenal dibelahan dunia. Dataran tinggi di wilayah Jawa Tengah telah dikembangkan untuk produksi teh. Turhadi Noerachman, Kepala Karantina Pertanian Semarang mengatakan bahwa berdasarkan data sistem perkarantinaan, Iqfast, diketahui ekspor teh sudah rutin diekspor ke beberapa negara seperti Amerika Serikat, Pakistan, Uni Emirat Arab, Rusia, Malaysia, dan Singapura dengan frekuensi cukup tinggi.

Kali ini pejabat Karantina Pertanian Semarang melakukan pemeriksaan terhadap 20 ton teh. Komoditas senilai 460 juta rupiah akan diekspor ke Rusia. Hasil pemeriksaan diketahui komoditas tersebut sehat, aman dikonsumsi, bebas dari target organisme pengganggu tumbuhan karantina (OPTK), dan siap dikirim ke Negeri Beruang Merah.

Petani milenial di Jawa Tengah kini dengan cepat memanfaatkan peluang ekspor yang kian menjanjikan. Masing-masing wilayah mengembangkan produksi teh menuju pertanian yang maju dan modern.

Baca Juga :  Milad Ke -42 Bamus Betawi, Ketua Umum Riano P.Ahmad Ingatkan Bamus Betawi Berdasarkan “Legalitas Bukan Main Otot”

“Karantina Pertanian Semarang selalu mendukung akselerasi ekspor dengan penerbitan Phytosanitary Certificate sebagai jaminan keberterimaan komoditas pertanian di negara tujuan,” ujar Turhadi.

Selanjutnya dalam mendukung Gerakan Tiga Kali Ekspor (Gratieks) demi kesejahteraan petani dan negeri dari Nunukan, Salacca zalacca atau dikenal dengan buah salak merupakan buah tropis yang juga menjadi buah asli Indonesia menuju Malaysia.

Buah salak dikenal menarik karena bentuk dan tekstur kulitnya yang unik. Ternyata buah ini juga memiliki sejumlah manfaat untuk kesehatan. Dengan nutrisinya, buah salak menjadi salah satu makanan penunjang diet. Karantina Pertanian Tarakan melalui Wilayah Kerja Nunukan kembali melakukan sertifikasi buah salak sebanyak 1,7 ton dengan tujuan Malaysia.

Sebelum dibebaskan, pejabat Karantina melakukan pemeriksaan dokumen dan pemeriksaan fisik. Hal ini di maksudkan untuk memastikan bahwa buah salak yang diekspor sehat dan bebas organisme pengganggu tumbuhan karantina (OPTK), serta memenuhi persyaratan yang ditentukan oleh negara tujuan.

Baca Juga :  Peringkat Indonesia Sebagai Negara Produsen Produk Halal Salah Satu Paradoksal Dari Perjalanan Sebuah Bangsa

Pendampingan ekspor oleh Karantina Pertanian Tarakan terus dilakukan guna memastikan buah segar yang diekspor telah memenuhi persyaratan negara tujuan. Hal ini sangat penting, sehingga ekspor buah segar tetap lancar dan berkesinambungan tanpa adanya penolakan dari negara tujuan.

Kepala Karantina Pertanian Tarakan, Alfian dalam keterangannya menyebutkan dari data sistem perkarantinaan, Indonesia Quarantine Full Automatic System (Iqfast), pada bulan Juni 2022, Karantina Pertanian Tarakan melalui Wilayah Kerja Nunukan telah menyertifikasi buah salak sebanyak 5,4 ton.

Adanya penambahan komoditas yang diekspor ke Malaysia menjadi cambuk semangat bagi sektor pertanian di perbatasan untuk bangkit dan terus berproduksi.

“Kita harus optimis. Harapannya ke depan semakin banyak ragam komoditas ekspor untuk bisa memacu petani dalam meningkatkan produksi,” ungkap Alfian.

Share Article :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *