Uritanet, – Kami mengkaji agenda nasional tahun 2024 serta agenda non 2024, dan kami menilai ada tokoh nasional, pejabat publik, yang berpihak kepada rakyat. Satu-satunya kami menilai ada pada diri Pak LaNyalla, ungkap Direktur Eksekutif CSIL, Abdul Malik. Oleh karenanya, Center of Study for Indonesian Leadership (CSIL) mendukung Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti, memimpin perubahan arah perjalanan bangsa (12/6).
Direktur Eksekutif CSIL, Abdul Malik, menerangkan institusinya merupakan lembaga penelitian yang mengkaji berbagai bidang seperti ekonomi, politik, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan. Ada beberapa elemen kelembagaan yang tergabung di dalam CSIL, di antaranya Hidayatullah dan API Jabar. Lembaganya mendukung gerakan dan pikiran LaNyalla yang terekam dalam publikasi pemberitaan di sejumlah media massa.
“Kami meminta kepada Bapak agar jangan pernah berhenti berpikir dan bertindak untuk kepentingan rakyat. Kami berharap perubahan arah perjalanan bangsa ini bisa segera dilakukan. Dan, figurnya adalah Pak LaNyalla,” tegas Malik.
CSIL tengah membuat roadmap Indonesia yang kita cita-citakan. Pada saatnya, roadmap itu akan diserahkan kepada LaNyalla untuk diwujudkan dalam bentuk nyata. Peneliti CSIL lainnya, Fathorrahman Fadli, menambahkan jika hal terpenting yang harus dilakukan saat ini adalah penyempurnaan terhadap UUD 1945. Salah satu agendanya adalah Presidential Threshold yang mesti terus dikaji.
Sebab jika tidak, maka Fatur meyakini akan terjadi perbedaan pandangan dan pola gerak tajam antara oligarki dan rakyat. Kami memandang ini persoalan leadership. Dan kepemimpinan itu ada di diri Pak LaNyalla. Bapak bilang persoalan fundamental bangsa harus diselesaikan secara fundamental. Saya sependapat dengan hal itu, kata Fatur.
Bangsa ini nyaris sempurna digenggam oleh oligarki. Semua lini telah dikuasai mulai dari manajemen, politik, ekonomi, sosial, budaya hingga informasi. Oleh karenanya, harus ada tokoh alternatif yang membawa perubahan secara elementer, integratif dan memiliki pandangan jauh ke depan. Dari sejumlah nama kandidat yang akan bertarung di Pilpres, Fatur mengaku pesimistik dapat melahirkan tokoh yang mampu mengarahkan arah bangsa sesuai yang diinginkan.
“Selama Pilpres dalam kendali oligarki, tetap akan melahirkan banyak bencana, banyak deviasi arah bangsa,” tegas dia.
Oleh karenanya, mereka menyambut baik figur LaNyalla yang berdiri dengan berani memperjuangkan nasib rakyat. Kami perlu menyambung spirit yang dinyalakan Pak LaNyalla. Harus ada langkah taktis-sistematis yang harus disusun secara politik.
Bangsa ini sedang di ujung jurang. Harus ada yang memimpin perubahan. Perubahan tak bisa karikatif. Harus fundamental dan dikerjakan secara konstitusional. Kita harus rekonstruksi lagi arah perjalanan bangsa agar kembali kepada jati dirinya, papar dia.
Saat ini ada dua plan rencana perubahan. Pertama secara konstitusional melalui pilpres yang dianggap bisa melahirkan pemimpin yang membawa perubahan. Padahal, pilpres adalah sarana memasukkan masyarakat ke dalam kubangan ketidakberdayaan. Plan kedua, segera menghentikan kekuasaan untuk segera mengubah arah perjalanan bangsa. Dan, harapan ada di Pak LaNyalla, kata dia.
Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti, mengakui belakangan ini situasi negara sedang banyak dikeluhkan oleh rakyat. Karena itu, ia mengajak semua pihak agar tak apatis melihat perjalanan bangsa ini. Tidak boleh apatis. Kita harus bergerak mencari jalan keluar. Saya akan konsisten bertindak sebagai negarawan.
Dari semua persoalan itu, LaNyalla menilai kuncinya adalah kembali kepada UUD 1945 naskah asli. Sebab, amandemen konstitusi yang terjadi pada rentang waktu 1999-2002 itu sudah pro oligarki dan merugikan rakyat. Demokrasi kita berubah menjadi demokrasi liberal. Ekonomi kita menjelma menjadi ekonomi kapitalis.
Padahal, cita-cita para pendiri bangsa sebagaimana tertuang dalam sila kelima Pancasila, yakni keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia bisa dicapai jika demokrasi kita adalah demokrasi Pancasila dan ekonomi kita ekonomi Pancasila.
Turut hadir sejumlah pengurus CSIL, di antaranya Moch Isnaeni, Fathorrahman Fadli, Candra Kurnia, HM Mursalim, Taufik Hidayat, Asep Syaripudin, Jimmy Aprilian dan Farid.