Uritanet, – Wakil Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI, Sultan B Najamudin, mendesak pihak berwenang, terutama Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melakukan penyelidikan terhadap dua emiten, PT Telkom Indonesia Tbk dan PT Gojek Tokopedia Tbk (GoTo). Lantaran ada indikasi transaksi material afiliasi dan benturan kepentingan para pemegang saham di dua emiten itu.
Hal tersebut untuk merespon rontoknya harga saham GoTo sebesar 26,62% sejak pertama kali melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 11 April 2022 secara tidak normal.
“Kami hanya ingin mengingatkan Pemerintah melalui kementerian terkait untuk belajar dari kesalahan PT Asuransi Jiwasraya dan Asabri atau bahkan Century. Bahwa setiap aksi korporasi maupun BUMN pada emiten tertentu harus didasarkan pada pertimbangan bisnis dan dampak sosial yang luas dan bisa dipertanggungjawabkan secara akuntabel”, ujar Sultan (20/5).
Stigma unusual market activity (UMA) kepada saham Goto oleh BEI adalah warning bagi OJK untuk bertindak cepat dan profesional dalam menelaah dan menyelidiki listing saham Goto yang berpotensi merugikan keuangan PT Telkom Indonesia. Meski amblesnya saham Goto diduga akibat dari saham perusahaan teknologi global yang juga tertekan dan turun, tapi kekhawatiran publik yang trauma dengan kejahatan keuangan bermotif investasi pada korporasi berisiko tinggi masih sangat besar.
“Kami ingin mengatakan bahwa potensi income bisnis selalu related dengan risiko. Dan Kami melihat ada indikasi related party transaction dalam konteks aksi korporasi Telkomsel terhadap Goto yang notabene merupakan hasil merger dua raksasa platform digital Indonesia,” tegasnya.
Menurut Sultan, bahaya konflik kepentingan sangat berisiko bagi setiap entitas bisnis BUMN. Sehingga, kami mendorong agar OJK sesuai UU Pasar Modal untuk memulai pemeriksaan, penyelidikan dan penyidikan soal back door listing saham Goto oleh Telkomsel yang berdampak material ke pemegang saham telkom.
Seperti diketahui, PT Telkom Indonesia Tbk tak tanggung-tanggung dalam berinvestasi berbasis teknologi digital di PT GoTo. Nilainya mencapai US$450 juta atau setara Rp6,4 triliun yang dikucurkan untuk perusahaan yang sebelumnya mengusung bendera PT Aplikasi Karya Anak Bangsa ini. Namun, nilai investasi tersebut kini sudah mulai tergerus seiring penurunan harga saham GoTo pasca-Initial Public Offering (IPO) alias penawaran umum saham perdana. Satu bulan setelah IPO, harga saham GOTO anjlok menjadi Rp194 per saham per 13 Mei 2022. Telkom rugi besar.
Kerugian Telkom itu bermula saat anak usahanya (Telkomsel) membeli obligasi konversi Gojek senilai US$150 juta pada November 2020, tanpa bunga. Obligasi itu jatuh tempo pada November 2023. Sejumlah nama yang dekat dengan kekuasaan disebut oleh sejumlah media berada dalam pusaran kasus ini. Di antaranya Garibaldi Thohir atau Boy Thohir yang merupakan kakak kandung Menteri BUMN Erick Thohir, sebagai pemegang saham GoTo dan Wisnutama, mantan Menteri Parekraf, yang kini menjabat sebagai Komisaris Telkomsel.
Sebelumnya, politisi PDIP Arteria Dahlan juga menyebut nama Boy Thohir dalam sengketa bisnis antara PT Rekayasa Industri (Rekind) dan PT Panca Amara Utama serta Direksi Bank Mandiri. Ia menduga terdapat potensi kerugian negara yang begitu besar terkait pembangunan Banggai Ammonia Plant di Sulawesi Tengah.
Banggai Ammonia Plant merupakan proyek pabrik Amonia PT Panca Amara Utama (anak usaha PT Surya Esa Perkasa) yang pemancangan tiang perdananya dihadiri oleh Presiden Joko Widodo pada tanggal 2 Agustus 2015 silam.
Dalam pembangunan proyek Banggai Ammonia Plant, PT Panca Amara Utama menggandeng PT Rekayasa Industri, salah satu BUMN konstruksi ternama, sebagai kontraktor utamanya dengan nilai investasi mencapai USD 507 Juta dengan rencana penyelesaian selama 28 bulan. Namun di kemudian hari terjadi sengketa bisnis di antara pihak terkait.
PT Rekayasa Industri yang merupakan salah satu BUMN berpotensi kehilangan uang sebesar Rp 5 Trilliun akibat bersengketa dengan PT Panca Amara Utama (anak perusahaan PT Surya Esa Perkasa) yang mana Direktur Utamanya dijabat oleh kakak kandung Menteri BUMN Erick Thohir, yakni Garibaldi Thohir alias Boy Thohir.
Belakangan Boy Thohir mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Direktur Utama PT Surya Esa Perkasa pada tanggal 20 Januari 2020. Ia selanjutnya menduduki posisi Presiden Komisaris di perusahaan yang sama.