Uritanet, – Dalam kegiatan bertajuk Soft Launch InaExport, Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga meluncurkan platform pelayanan satu pintu (one stop service) fasilitasi ekspor nonmigas InaExport di Bogor secara hibrida (11/4). Hal ini merupakan bentuk dorongan transformasi digital dengan mengikutsertakan eksportir dalam platform perdagangan melalui sistem elektronik (e-commerce), acara daring, dan program pameran daring.
“Kementerian Perdagangan mengembangkan InaExport dengan tujuan menjadikannya
sebagai platform pelayanan satu pintu (one stop service) fasilitasi ekspor nonmigas untuk
menghubungkan dan mempromosikan pelaku usaha atau eksportir Indonesia ke buyer
internasional. InaExport menawarkan keuntungan. Tidak hanya membantu penjualan dan
penjualan, tapi juga pengembangan usaha kecil dan menengah (UKM) untuk siap
menghadapai pasar global,” urai Wamendag Jerry.
Lebih lanjut, keuntungan bagi eksportir Indonesia dapat berupa informasi pelatihan dan
informasi terbaru pameran dagang. Selain itu, juga para eksportir berpeluang besar untuk
terdaftar dan ditemukan dengan mudah oleh buyer potensial di seluruh dunia. Adapun
keuntungan bagi buyer yaitu kemudahan mengakses katalog produk dari pemasok
Indonesia yang terverifikasi, mengirim inkuiri atau permintaan pembelian hanya dengan
satu klik.
Menurut Wamendag, InaExport berusaha memberi kemudahan pengkinian data secara
efektif dan efisien.
“Bersama dengan seluruh perwakilan perdagangan di luar negeri dan
jaringan buyer, InaExport bertujuan mendukung kesinambungan bagi pertumbuhan bisnis
dalam keadaan yang nyaman bagi kedua belah pihak,” ungkap Wamendag.
Hingga saat ini, sebanyak 11.650 pemasok terverifikasi, 6.121 produk, 534 informasi pasar, 27 kegiatan, dan 48 perwakilan internasional telah tercatat dalam sistem InaExport. Angka tersebut diperkirakan akan terus bertambah.
Dan normal baru (new normal) menjadi momentum yang mengakselerasi ekonomi digital di Indonesia dan telah menunjukkan potensi yang cukup besar. Konsumen digital meningkat dari sebelum pandemi 69,5 persen menjadi 79,7 persen pada 2021. Penjual digital juga semakin akrab dengan perkembangan teknologi. Hal ini menunjukkan ekosistem ekonomi digital telah berada di jalur yang benar.
“Kontribusi ekonomi digital pada 2021 mencapai Rp632 triliun atau 4 persen dari pendapatan
domestik bruto Indonesia. Meski angkanya relatif kecil, pertumbuhannya sangat cepat,”
tambah Wamendag.
Sementara itu, Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Didi Sumedi
menjelaskan sejarah InaExport diawali adanya buyer reception desk (BRD) pada 1970-an. Para perwakilan perdagangan berupaya membawa buyer internasional untuk bertemu
secara luring dengan pelaku usaha siap ekspor.
Pada 2013, Kementerian Perdagangan melalui Ditjen PEN mengembangkan sistem Customer Service Center Membership (CSC) Ditjen PEN. Awalnya, CSC menyediakan layanan daring dan luring bagi pelaku usaha untuk mendapatkan informasi ekspor.
“Seiring berjalannya waktu, permintaan layanan dan perbaikan CSC terus berlanjut. Dengan
riset dan pengembangan, Kementerian Perdagangan mempersembahkan InaExport sebagai
CSC versi daring dengan lebih terkini dan lebih baik. Lebih lanjut, InaExport dapat diakses di
tautan inaexport.id,” ungkap Didi.
Soft Launch InaExport dihadiri kurang lebih 100 undangan secara luring dan disaksikan
sekitar 480 hadirin secara daring yg terdiri dari jajaran pimpinan Kemendag, pelaku usaha,
perwakilan perdagangan di luar negeri, dan sejumlah perwakilan kedutaan besar di
Indonesia.
)**TriCahyo