URITANET,- Serangga kok Dilindungi …kok Diawetkan … kok Di Ekspor. Itulah yang ada dalam benak kita. Tapi ternyata serangga kekayaan alam Indonesia menarik minat mancanegara. Lantaran Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang memiliki kekayaan jenis flora dan fauna yang sangat tinggi (mega biodiversity).
Karena Indonesia terletak di kawasan tropik dengan iklim stabil dan terletak diantara dua benua yaitu Asia dan Australia. Salah satu keanekaragaman hayati yang dapat dibanggakan Indonesia adalah serangga, dengan jumlah 250.000 jenis atau sekitar 15% dari jumlah jenis biota utama yang diketahui di Indonesia.
Dan pengakuan dunia terhadap kekayaan serangga Indonesia tampak dengan frekuensi ekspor serangga awetan Indonesia yang melalui Karantina Pertanian Tanjung Priok sebanyak 383 kali dengan jumlah total 5.790 Kg, sepanjang tahun 2021.
Nilai ekonomis ekspor untuk serangga awetan ini cukup fantastis hampir mencapai 600 juta rupiah dengan tujuan ke 31 negara di berbagai belahan dunia, diantaranya Belgia, Jepang, Prancis, Taiwan, Thailand dan Amerika Serikat.
[irp posts=”2252″ name=”Nggak Cuma Paspampres … Telor Ayam Pun Kena Penyekatan Petugas””]
Kepala Balai Besar Karantina Pertanian Tanjung Priok, Hasrul, menerangkan bila Karantina Pertanian Tanjung Priok turut menjaga populasi serangga dengan mempersyaratkan serangga yang diekspor bukan merupakan serangga yang dilindungi.
“Karantina Pertanian Tanjung Priok turut mendukung percepatan dan peningkatan ekspor Indonesia, dengan tetap memperhatikan kaidah perlindungan sumber daya alam. Sehingga, serangga yang akan diekspor harus mengantongi surat keterangan tidak dilindungi dari instansi terkait,” pungkas Hasrul
Perubahan pola hidup manusia, berdampak langsung terhadap kerusakan habitat serangga di dunia. Sejumlah studi sejak tahun 2019 menunjukkan adanya penurunan signifikan dari jumlah serangga di dunia. Jurnal Biological Conservation di 2019 merekam lebih dari 40% dari keseluruhan spesies serangga sedunia telah menjadi langka dan diperkirakan akan hilang beberapa dekade mendatang.
Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), membenarkan penurunan serangga yang sudah mulai terlihat. Berkurangnya populasi serangga berdampak besar terhadap ekosistem, mengingat peranan serangga dalam rantai makanan. Beberapa spesies burung, reptil, dan sejumlah hewan lainnya sebagai pemakan langsung serangga sehingga kepunahan serangga juga berarti kepunahan banyak populasi hewan lainnya.
(**jegegtantri