URITANET – Masjid Jami’ Soeprapto Soeparno pertama kali dibangun oleh pendiri JNE, Almarhum Bapak H. Soeprapto Soeparno tahun 1979. Dibangun di atas tanah seluas 1.405 m2 dan mampu menampung hingga 1000 jemaah. Masjid ini terletak di Jalan Soekarno Hatta, Beluluk, Kecamatan Pangkalan Baru, Kabupaten Bangka Tengah, Provinsi Bangka Belitung. Memiliki lokasi yang strategis menuju Bandar Udara Depati Amir-Pangkalpinang, masjid ini dikenal sebagai Masjid Bandara oleh warga sekitar. Memulai renovasi sejak Oktober 2018, saat ini tampilan menjadi sangat megah dan modern.
Tampak sebuah menara berdiri kokoh disisi kanan masjid, menambah keagungan masjid bernuansa putih ini serta mmiliki dengan desain unik yang ada di Bangka Belitung.
Sosok Almarhum H. Soeprapto Soeparno selain dikenal sebagai pendiri JNE, beliau juga dikenal sebagai sosok yang bersahaja dan senang berbagi kepada sesama.
Lahir di Bangka pada tanggal 7 Oktober 1937, membuat beliau sangat peduli dengan warga Bangka tempat ia dilahirkan.
Ia membangun dan mewakafkan Masjid Jami’ Soeprapto Soeparno ini agar warga sekitar dapat berkumpul dan beribadah bersama-sama di masjid.
Rangkaian acara peresmian Masjid Jami’ Soeprapto Soeparno/Masjid Bandara, 9 Juni 2021 diawali dengan pengguntingan pita oleh istri dari Almarhum Bapak H. Soeprapto Soeparno, yaitu Ibu Hj. Nuraini Soeprapto bersama Ibu Melati Erzaldi yang merupakan Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan juga istri dari Gubernur Bangka Belitung. Dilanjutkan dengan berdo’a yang dipimpin oleh H. Abdul Muthalib, salah satu pengurus masjid dan acara berjalan dengan khidmat.
Pada kesempatan ini, Gubernur Kepulauan Bangka Belitung, DR. H. Erzaldi Rosman, SE, MM meresmikan Masjid Jami’ Soeprapto Soeparno/Masjid Bandara dan dalam sambutannya ia menyampaikan rasa kagumnya kepada sosok pendiri JNE.
“Saya sangat kenal dengan sosok beliau, beliau sangat inspiratif. Masjid ini berperan besar dalam pembentukan karakter saya dan teman-teman saya di masa kecil dulu. Kami sering mengaji usai sholat maghrib di masjid ini. Saya berharap selain masjid ini dapat menjadi pusat ibadah bagi umat, semoga juga dapat diberdayakan sebagai penggerak ekonomi umat melalui program-program yang kreatif sehingga dapat menimbulkan pergerakan ekonomi bagi umat”, ujar Gubernur Erzaldi.
Hadir pula Bapak M. Feriadi Soeprapto, Presiden Direktur JNE yang juga merupakan anak kedua dari pendiri JNE. Hubungan kekeluargaan yang erat antara keluarga besar pendiri JNE dengan keluarga besar Gubernur Erzaldi membuat pertemuan dalam acara peresmian masjid ini menjadi haru dan rasa kekeluargaan.
M. Feriadi Soeprapto menyampaikan, Bangka Belitung ini merupakan rumah bagi keluarga besar pendiri JNE. Keberadaan masjid ini tentunya sudah menjadi semangat yang sudah sejak dahulu diinginkan oleh Almarhum bapak saya.
“Dahulu bapak saya berfikir bagaimana caranya supaya warga disini punya tempat ibadah, punya tempat yang dapat mempersatukan semua warga disini”, imbuhnya.
Raul Renanda Amrul merupakan arsitek dari masjid ini, dengan filosofi mengaitkan perubahan lama menuju ke regenerasi yang baru. Bangunan menara yang lama disisi sebelah kanan masjid, sebagai simbolisasi meninggikan orang tua.
Selanjutnya menara setengah lingkaran dibelakang menara semula dengan lebih tinggi dengan makna anak-anak atau generasi baru dari Almarhum yang melindungi orang tuanya.
Pada kubah masjid terinspirasi dari bentuk kubusnya Ka’bah. Jadi kubahnya adalah kubah Ka’bah yang ada lobangannya yang terinspirasi dari tiang-tiangnya masjid di Cordoba. Untuk interior pada kubah yang melingkar terdapat kaligrafi sesuai pesan dari pendiri JNE yaitu surat Al-Maun dan Al-Baqarah 261, ungkapnya.
Moment penandatanganan prasasti oleh Gubenur Erzaldi disaksikan oleh seluruh keluarga besar pendiri JNE dan juga jamaah yang hadir. Selanjutnya acara ditutup dengan memberikan santunan kepada anak yatim piatu yang hadir dari wilayah Kecamatan Pangakalan Baru.
Semoga keberadaan masjid ini dapat pula menjadi amal jariyah bagi Almarhum Bapak Soeprapto Soeparno dan menjadi inspirasi untuk kita semua. Serta Masjid-masjid dengan arsitektur unik ini menyiratkan bahwa masjid bukan sekadar tempat ibadah tapi juga sebagai pusat peradaban.
Sumber : JNE